Senin, 31 Oktober 2011

Akupunktur di Tungkai Kaki Bisa Sembuhkan Gangguan Seks Pria


Dengan meningkatnya usia, tidak sedikit pria yang mengalami gangguan fungsi seksual, baik disfungsi ereksi ataupun rendahnya gairah seksual pada pria dan wanita. Studi yang dilakukan dokter Indonesia menunjukkan akupunktur ala Indonesia dengan zat radioaktif bisa mengatasi masalah tersebut.

Seksualitas merupakan proses yang kompleks dan berkaitan dengan perilaku yang terkoordinasi oleh sistem endokrin, saraf, pembuluh darah dan psikogenik.

Peningkatan usia, menopause dan andropause membuat prevalensi wanita dan pria yang mengalami disfungsi seksual semakin besar. Dan akupunktur yang memiliki efek endrokrinal dan neurologinal dapat digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi.

"Terapi akupunktur untuk disfungsi ereksi di masyarakat itu sangat banyak di titik yang nggak karu-karuan. Dan yang saya teliti adalah akupunktur Indonesia, yaitu berdasarkan riset karena kita tidak percaya dengan semua titik yang ada (bisa mengobati ereksi)," jelas DR. Koosnadi Saputra, dr, Sp.Rad, dari Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Akupunktur Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbangkes Kemenkes RI, disela-sela acara National Symposium and Workshop on Sexology 2011 di Hotel Le Meridien, Jakarta seperti ditulis Minggu(30/10/2011).

DR Koosnadi menjelaskan berdasarkan penelitian kedokteran nuklir, akupunktur pada tungkai (kaki) bisa mencapai organ testis secara benar dengan menyuntikkan bahan radioaktif.

"Dengan dosis yang sangat kecil, radioaktif itu bisa sampai ke testis secara benar. Radioaktif yang digunakan technetium pertechnetate, yaitu sinar gamma," lanjut DR Koosnadi.

Dengan penelitian yang dilakukan, DR Koosnadi menemukan bahwa terapi akupunktur di tungkai dapat menaikkan produksi testosteron.

"Hipotesa sementara perlakuan akupunktur pada kaki ternyata bisa meningkatkan testosteron. Jika testosteronnya tidak naik pun ternyata bisa ereksi naik. Jalurnya kan 2, bisa hormon bisa saraf, yang hormonnya tidak naik ternyata sarafnya bisa naik," jelas DR Koosnadi.

Dalam penelitian ini, tim DR Koosnadi melibatkan 40 partisipan pria (usia 50-70 tahun) dengan gangguan disfungsi ereksi. Dari jumlah tersebut, lebih dari 60 persen partisipan dengan disfungsi ereksi berhasil disembuhkan.

"Jumlah itu pada usia tua lagi. Yang diteliti dipastikan pria dengan testosteron deficiency syndrome. Terapi ini bisa digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi, juga bisa dipakai untuk orang dengan kesuburan yang terganggu, jadi untuk meningkatkan kesuburan baik pada pria dan wanita," tutup DR Koosnadi.



Sumber : Detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Games Online

Taxi Truck

Play free Games - a game from Driving | Racing Games